Thursday, December 29, 2011

Manusia Setengah Salmon

HA to the LO
I got Manusia Setengah Salmon last Monday! Hahahaha sueneng pake banget deh soalnya aku pre-order udah lama. Bukunya sendiri rilisnya tanggal 24 Desember, orang lain pada uda megang sedangkan aku masih nunggu bukunya dateng. Tapi, itu semua nothing. Cih bahasa gue wkwkwk. Karena aku pre-order bertanda tangan, so aku bisa dapet tanda tangannya Bang Raditya Dika muehehehe. Thanks to Papa yang sudah mau bayarin :*



Jeng-jeng, jeng-jeng, jeng-jeng
ini penampakannya

Ada dua bab yang paling aku suka dari Manusia Setengah Salmon, Bakar Saja Keteknya dan Jomblonology (karena saya jomblo. eh, ralat. saya single!). Ada juga beberapa bab yang gak kalah bagus, contohnya, Sepotong Hati di Dalam Kardus Coklat, Mencari Rumah Sempurna, Kasih Ibu Sepanjang Belanda, dan Penggalauan.

Nih buku kocak abiiiiiis. Pas kamu baca buku ini, kamu bisa tiba-tiba ketawa ngakak, terus tiba diem, merenung. Terus mikir 'Oh, iya ya. Bener juga...' Menertawakan sekaligus merenungkan gitu deh. Kalo menurutku buku bagus itu ya buku yang bisa bikin pembacanya merenungkan apa yang penulis sampaikan :)


As usual aku mau ngutip part-part yang menarik dari buku yang habis aku baca. This is.

Seperti rumah ini yang terlalu sempit buat keluarga kami, gue juga menjadi terlalu sempit buat dia. Dan, ketika sesuatu sudah mulai sempit dan tidak nyaman, saat itulah seseorang harus pindah ke tempat yang lebih luas dan (dirasa) cocok untuk dirinya. Rumah ini tidak salah, gue dan dia juga tidak salah. Yang kurang tepat itu bila dua hal yang dirasa sudah tidak lagi saling menyamankan tetap dipertahankan. (p. 29)

Putus cinta sejatinya adalah sebuah kepindahan. Bagaimana kita pindah dari satu hati, ke hati yang lain. Kadang kita rela untuk pindah, kadang kita dipaksa untuk pindah oleh orang yang kita sayang, kadang bahkan kita yang memaksa orang tersebut untuk pindah. Ujung-ujungnya sama:  kita harus bisa maju, meninggalkan apa yang sudah menjadi ruang kosong. (p.36)

Kalau pindah diidentikkan dengan kepergian, maka kesdihan mejadi sesuatu yang mengikutinya. Kita sering berpikir ini adalah perpisahan sehingga merasa sedih melepas hal-hal yang diakrabi, hal-hal yang selama ini membuat kita senang dan nyaman. Akhirnya, melakukan perpindahan ke tempat baru membuat kita dihantui rasa cemas. Apakah akan sama enaknya? Apakah akan sama menyenangkan? Apakah akan lebih baik? (p.255-256)

... Proses pindah hati juga seperti pindah rumah. Terkadang, kita masih membanding-bandingkan siapapun yang kita temui dengan mantan pacar. Ketika kenalan sama seseorang, kita membandingkan dengan kebiasaan mantan pacar kita. Kita membandingkan, secara sadar ataupun tidak, cara mereka berjalan, cara mereka mengakhiri pembicaraan di telepon. Seperti lazimnya orang yang masih terjebak di dalam masa lalu, orang yang lebih baru pasti kalah dari mantan pacar kita yang sudah lama itu. (p. 243-244)


So, buat kalian yang baca postingan ini dan belom baca. Lekas beli bukunya! Sebelum dibakar massa! :))

No comments:

Post a Comment